Sabtu, 07 Juli 2018

Cerita Sore: Resign Dari Tempat Kerja



            Sore itu aku sedang berkunjung di rumah sepupuku untuk bersilaturahmi, aku senang berkunjung disana karena sepupuku menyambut ku dengan senyum bahagia dan selalu memberikan ku insipirasi ketika ia bercerita. Aku selalu menyimak kata demi kata untuk aku pahami karena memang menarik. Jum’at sore yang penuh berkah kemarin itu, aku mendapatkan sebuah cerita ketika aku baru saja duduk di sofa ruang tamu nya, sepupuku mengatakan bahwa per-Juli ini dia sudah resign dari pekerjaannya, dengan alasan ia harus memilih keluarga untuk menjadi ibu rumah tangga, sontak aku juga ikut merasakan senang dan langsung menginspirasiku. Ia setelah resign juga sudah merencanakan akan melanjutkan dan menekuni bisnis yang sudah dijalankan yaitu pembutan mukena dan akan membuka bisnis baru di bidang kuliner yaitu mie gondrong (semacam mie ayam Jakarta). Kalau aku melihat potensinya sih bagus karena setiap masakannya yang dibawakan ke aku pasti enak banget. Aku diamanahi untuk mencari mahasiswa yang memahami akan bidang pemasaran untuk membantu usahanya, karena memang aku kurang memungkinkan dalam membantu mengingat kesibukan ku akhir-akhir ini yan sudah mendapatkan tawaran dari dosen untuk membantu penelitian. Disana aku dan sepupuku banyak bertukar pengalaman soal bisnis, aku juga sedikit memiliki pengalaman dan sedikit ilmu dalam hal bisnis. Tetapi dalam menjalankan bisnis secara serius aku belum bisa focus, sebenarnya kepengen sekali untuk pengalaman dan tanggung jawab akan kemandirian tetapi aku saat ini masih focus pada kuliah dan organisasi tapi tujuannya juga untuk membantu juga dalam pedoman wirausaha melalui ilmu dan relasi. Oh iya kembali lagi soal sepupuku yang resign, jadi ia resign disaat jabatannya naik menjadi kepala bagian. Ini juga menjadi salah satu alasan untuk resign karena tanggung jawabnya lebih besar tentu waktu untuk keluarga juga kurang. Aku salut dengan sepupuku ini karena ia sangat yakin akan keputusannya meskipun ini berat, padahal dia juga kepengen S2 untuk belajar atau kkuliah lagi katanya. Tetapi keinginannya itu seolah disimpan lebih dulu untuk kembali focus pada keluarga. Setelah resign, katanya ia mau mengembangkan kedua bisnisnya itu, aku ikut senang dan mendukung. Ceritanya membuat diriku semakin mantap dalam pandangan ku ke depan yang dulu aku pernah rencanakan memang seperti apa yang dialami oleh sepupuku. Hmm.. aku jadi ingat juga dengan kakaku yang memutuskan juga untuk resign karena ingin juga menjadi seorang Ibu rumah tangga, karena ingin focus ke anaknya yan memang saat itu masih balita. Ia memutuskan mantap untuk resign karena cemburu dengan anaknya yang lebih memilih dekat dengan neneknya (mertuanya) padahal saat itu ekonomi nya belum mapan seperti saat ini. Kakaku dan suaminya juga masih merintis untuk kesejahteraan keluarganya, beli susu formula anaknya juga mahal tetapi entah kenapa kakaku lebih memilih untuk resign ketimbang memikirkan materi atau kesejahteraan dalam segi ekonomi. Suaminya juga masih menjabat sebagai karyawan biasa pada saat itu. Tetapi Allah punya jalan lain, entah aku baru sadar sekarang kakaku sudah sejahtera tanpa melewati masa-masa kritis ekonomi. Mungkin inilah yang dimaksud dengan keberkahan, sejatinya kebahagiaan tidak melulu soal materi, tetapi kebahagiaan batin jauh lebih berharga. Jika kita memilih sesuai hati kita maka Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan tanpa meminta Nya. Allah selalu member lebih, buktinya sampai saat ini, keluarganya insyaAllah baik-baik saja dan selalu sehat serta bahagia, dengan memilih resign kakaku lebih leluasa dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya, selalu belajar dan belajar dlaam mendidik anak untukk menjadi anak yang bertanggung jawab nan sholih. Alhamdulillah Allah memberikanku contoh di keluargaku yang baik-baik sampai yang buruk tak terlihat karena yang baik terlalu banyak di keluarga ini…Nikmat yang harus diingat