Sore itu aku sedang berkunjung di rumah sepupuku untuk
bersilaturahmi, aku senang berkunjung disana karena sepupuku menyambut ku
dengan senyum bahagia dan selalu memberikan ku insipirasi ketika ia bercerita. Aku
selalu menyimak kata demi kata untuk aku pahami karena memang menarik. Jum’at
sore yang penuh berkah kemarin itu, aku mendapatkan sebuah cerita ketika aku
baru saja duduk di sofa ruang tamu nya, sepupuku mengatakan bahwa per-Juli ini
dia sudah resign dari pekerjaannya, dengan alasan ia harus memilih keluarga
untuk menjadi ibu rumah tangga, sontak aku juga ikut merasakan senang dan
langsung menginspirasiku. Ia setelah resign juga sudah merencanakan akan
melanjutkan dan menekuni bisnis yang sudah dijalankan yaitu pembutan mukena dan
akan membuka bisnis baru di bidang kuliner yaitu mie gondrong (semacam mie ayam
Jakarta). Kalau aku melihat potensinya sih bagus karena setiap masakannya yang
dibawakan ke aku pasti enak banget. Aku diamanahi untuk mencari mahasiswa yang
memahami akan bidang pemasaran untuk membantu usahanya, karena memang aku
kurang memungkinkan dalam membantu mengingat kesibukan ku akhir-akhir ini yan
sudah mendapatkan tawaran dari dosen untuk membantu penelitian. Disana aku dan
sepupuku banyak bertukar pengalaman soal bisnis, aku juga sedikit memiliki
pengalaman dan sedikit ilmu dalam hal bisnis. Tetapi dalam menjalankan bisnis
secara serius aku belum bisa focus, sebenarnya kepengen sekali untuk pengalaman
dan tanggung jawab akan kemandirian tetapi aku saat ini masih focus pada kuliah
dan organisasi tapi tujuannya juga untuk membantu juga dalam pedoman wirausaha
melalui ilmu dan relasi. Oh iya kembali lagi soal sepupuku yang resign, jadi ia
resign disaat jabatannya naik menjadi kepala bagian. Ini juga menjadi salah
satu alasan untuk resign karena tanggung jawabnya lebih besar tentu waktu untuk
keluarga juga kurang. Aku salut dengan sepupuku ini karena ia sangat yakin akan
keputusannya meskipun ini berat, padahal dia juga kepengen S2 untuk belajar atau
kkuliah lagi katanya. Tetapi keinginannya itu seolah disimpan lebih dulu untuk
kembali focus pada keluarga. Setelah resign, katanya ia mau mengembangkan kedua
bisnisnya itu, aku ikut senang dan mendukung. Ceritanya membuat diriku semakin
mantap dalam pandangan ku ke depan yang dulu aku pernah rencanakan memang
seperti apa yang dialami oleh sepupuku. Hmm.. aku jadi ingat juga dengan kakaku
yang memutuskan juga untuk resign karena ingin juga menjadi seorang Ibu rumah
tangga, karena ingin focus ke anaknya yan memang saat itu masih balita. Ia memutuskan
mantap untuk resign karena cemburu dengan anaknya yang lebih memilih dekat
dengan neneknya (mertuanya) padahal saat itu ekonomi nya belum mapan seperti
saat ini. Kakaku dan suaminya juga masih merintis untuk kesejahteraan
keluarganya, beli susu formula anaknya juga mahal tetapi entah kenapa kakaku
lebih memilih untuk resign ketimbang memikirkan materi atau kesejahteraan dalam
segi ekonomi. Suaminya juga masih menjabat sebagai karyawan biasa pada saat
itu. Tetapi Allah punya jalan lain, entah aku baru sadar sekarang kakaku sudah
sejahtera tanpa melewati masa-masa kritis ekonomi. Mungkin inilah yang dimaksud
dengan keberkahan, sejatinya kebahagiaan tidak melulu soal materi, tetapi
kebahagiaan batin jauh lebih berharga. Jika kita memilih sesuai hati kita maka
Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan tanpa meminta Nya. Allah selalu member
lebih, buktinya sampai saat ini, keluarganya insyaAllah baik-baik saja dan
selalu sehat serta bahagia, dengan memilih resign kakaku lebih leluasa dalam
mendidik dan mengasuh anak-anaknya, selalu belajar dan belajar dlaam mendidik
anak untukk menjadi anak yang bertanggung jawab nan sholih. Alhamdulillah Allah
memberikanku contoh di keluargaku yang baik-baik sampai yang buruk tak terlihat
karena yang baik terlalu banyak di keluarga ini…Nikmat yang harus diingat