Sabtu, 20 Juli 2019

Sampai Kapan Laga Perang Dagang Akan Berakhir?


Perang dagang yang di mulai oleh Donald Trump masih berlanjut hingga saat ini. Pada tanggal 31 Mei 2019 Donald Trump mengumumkan tarif impor dari Meksiko sebesar 5 persen yang berlaku mulai 10 Juni 2019. Hal ini juga terjadi sebelumnya oleh China yang mendapat tarif 25 persen atau senilai USD 200 miliar pada bulan Mei lalu. China juga menyayangkan keputusan yang diambil Amerika, tapi China juga membalas dengan menaikkan tarif impor untuk barang-barang asal AS yang senilai US$60 miliar pada 1 Juni 2019. Perang dagang yang dipelopori oleh Donald Trump ini tentu membawa dampak perekonomian global, bukan sekedar negara-negara yang dikenakan kenaikan tarif impor yang merasakan dampaknya. Mengingat Amerika dan China adalah negara adidaya dengan perekonomian yang kuat maka kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan akan secara langsung berpengaruh pada negara-negara lain. Donald Trump sampai saat ini masih mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang cukup mengkhawatirkan bagi negara-negara lain.
Lalu apakah dampaknya perang dagang bagi perekonomian Indonesia? Dalam hal ini tentu saja yang berdampak secara langsung adalah ekspor yang kini tidak lagi bisa menjadi andalan karena Amerika adalah mitra dagang Indonesia kedua yang menyumbang total ekspor Indonesia. Selain itu, Indonesia termasuk negara yang melakukan ekspor bahan mentah diantara dua negara yaitu Amerika dan China, inilah alasan mengapa Indonesia terkena dampak secara langsung perihal ekspor. Defisit neraca perdagangan Indonesia kini semakin melebar, hingga pada April 2019 BPS menyebutkan defisit tembus US$ 2,5 miliar.
Seiring dengan defisit nya neraca perdagangnya, juga disusul dengan naiknya neraca anggaran karena turunnya Pph migas dan perlambatan penerimaan pajak sedangkan realisasi belanja tidak beda jauh dengan tahun lalu. Menurut menteri keuangan “Perang dagang ini akan berlangsung lama karena, sehingga Indonesia harus hati-hati dan waspada dalam menjaga ekonomi global”.