Prinsip yang sudah dibangun sekian
lama akan pudar jika tidak terjaga, pudar dengan keterpaksaan karena pengaruh.
Bukannya menyalahkan pengaruh, hanya saja menyesal karena pertahanan diri yang
mulai lemah. Bukan aku yang ingin, tapi kadang nafsu lebih menggiurkan disaat
lengah dan setelah itu meyesal karena sifatnya hanya sesaat. Menyadari kadang juga terlambat setelah
melangkah mengikuti hawa nafsu yang pandai mengajak diri untuk mengikutinya.
Kadang terusik dengan lingkungan
yang kurang mendukung sebuah prinsip, tapi mungkin inilah cara Allah agar aku
tidak hanya hidup dengan sisi yang menurutku baik. Banyak hal yang harus
dipelajari dan dipahami, tidak serta merta teguh pada ego diri. Ya, kadang
egoku mendominasi sampai membutakan kemana emosi harus pergi. Mungkin dengan
berbagai kondisi di sekitar mampu mengajarkan untuk memanajemen ego yang
menjadi alasan.
Tapi dengan segala masalah yang ada,
prinsip vs nafsu menjadi sebuah dilematika yang mengantarkan pada diri sendiri
agar terukur seberapa kuat prinsip dan seberapa kuat diri menahan nafsu. Benar
adanya kalau ada yang mengatakan, lawan terberat adalah diri sendiri. Semakin
diri ini melawan semakin pula pergolakan di dalam diri sendiri memanas, kadang
sampai bingung apa yang sebenarnya terjadi seperti ada masalah tapi tidak
nampak. Mungkin pergolakan batin dan perang melawan diri sendiri adalah suatu
hal yang melelahkan, jika tidak mengalah dengan ego lalu berdamai dengan diri
sendiri.
Semoga tetap berjalan dengan
semestinya, berpegang pada prinsip dan tidak ada yang tersakiti. Jika diri
terluka, maka ikhlaskan karena disitu masih ada hikmah yaitu belajar dan jangan
menyakiti setelahnya. Tidak ada salahnya belajar dari luka. Dan jika langkah
ini membawa pada tujuan yang semestinya, semoga Allah tetap melindungi dan
meridhoi.