Mencoba jujur kepada diri sendiri itu hal yang pelik
Kenapa pelik?
Karena kita masih sibuk perihal denial
Ia memeluk erat seperti enggan melepaskan
Lambat laun denial ini tervalidasi dengan sendirinya
Sampai menjadi sahabat karena ia selalu ada
Padahal kehadirannya tentu tidak baik untuk diri sendiri
Tapi entah, kita nyaman dengannya
Padahal denial ini harus dilawan, seperti melawan diri sendiri yang harus bangun dari angan ke kenyataan
Sulit? tentu
Tapi ayolah, pasti bisa
Lama? tak masalah
Namanya juga proses..nikmati agar selalu bermakna setiap langkahnya
Berada di proses ini, ternyata menyenangkan
Melawan diri sendiri justru lebih seru ketimbang kita melawan orang lain yang alur nya begitu saja
Kini melawan diri sendiri untuk itu menjadi hal yang dilakukan untuk sebuah seni
Seni kehidupan, untuk menggambarkan kehidupan yang lebih bewarna
Setelah kemarin adalah warna hitam putih, kini menjadi merah jambu, nila, biru dan warna lain
Hati ini mulai mengakui hancur ketika kehilangan tapi enggan orang lain mengetahui
Tubuh ini gemetar hingga sakit berhari-hari
Mengigil hingga mual tanpa penyakit yang jelas
Aku ingat ternyata sakit akan kehilangan begitu merasuk
Saat itu, diri ini pandai menutupi
Tapi itulah yang ku korbankan untuk seseorang yang hatinya tak pernah bertemu dengan hati ini
Seseorang yang sibuk dengan pikirannya, tapi enggan peduli kepada pikiranku
Tapi tak mengapa, mungkin memang ini takdirnya
Harapan yang terajut kini terpaksa diurai untuk merajut kehidupan masing-masing
Warnaku yang kurajut kemarin tercerai berai
Saat ini hanya satu warna, tapi ia bisa menjadi apa yang kubutuhkan
Tak apa, yang penting benangku tak jadi kusut
Ia tetap menjadi seutas tali yang kuat yang nantinya menjadi rajutan indah dan kuat