Sabtu, 26 Januari 2019

Dibalik pengen ikutan #JabarFutureLeaders


Kemarin sempet denger kabar kalau Jabar lagi membuka pendaftaran #JabarFutureLeaders rasanya pengen daftar, Kenapa? Karena pengen banget dekat dengan orang-orang hebat. Masih banyak yang menilai kalau mengabdi atau kalau bahasa kasarnya disuruh-suruh orang itu hal yang sedikit hina atau bisa dibilang hina. Di sini masih banyak yang menilai begitu, padahal dari situ kita dapat belajar mulai dari hal yang sepele sampai yang besar dan mulai dari kebiasaan sampai kepentingan. Mungkin mayoritas dari kita kurang tau kalau banyak yang dapat diambil manfaatnya, jika dapat melihat atau menilai sesuatu yang dianggap banyak orang sepele. Suatu saat nanti hal sepele atau hal remeh itu akan menjadi besar nan hebat asalkan yang dilakukan bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Banyak orang yang tidak menyadari pentingnya berkumpul dengan orang-orang hebat, meskipun kita menjadi orang yang masih rendah jabatannya. Kesuksesan itu tidak memandang kasta, kesuksesan itu milik semua orang. Kita dapat berpindah-pindah sesuai posisi yang kita inginkan asalkan mau berusaha dan mau untuk berproses. Hukum kesuksesan itu berbanding lurus, jika kita menginginkan posisi yang tinggi maka usahanya juga harus besar. Kita tidak pernah tau masa depan kita seperti apa, yang terpenting kita usahakan adalah berbuat baik dan mau belajar kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun tidak peduli posisi kita sebagai apa. Dulu pernah ketika aku di perintahkan seorang dosen unutk mengikuti workshop kepenulisan buku untuk Perguruan Tinggi se-Jawa Timur di Surabaya. Peserta yang hadir dalam acara workshop tersebut adalah dosen-dosen hebat yang sudah menerbitkan buku untuk keperluan perkuliahan. Saat aku duduk di workshop tersebut dan menjadi peserta, rasanya rendah banget karena hanya aku yang menjadi peserta berstatus mahasiswa. Peserta workshop yang duduk disebelahku kanan dan kiri menyapaku dengan hangat, “mbak dari Universitas mana?” dengan pandangan penuh tanya “Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bu”, “mbaknya dosen apa?” “Maaf bu, saya mahasiswa. Disini saya datang untuk mewakili Univ dan diundang untuk partisipasi bazaar buku” “Oh mahasiswa, la dosennya yang ditugaskan dimana mbak?”, “ Beliau lagi sibuk bu, ada urusan lain”, “Harusnya dosennya mba yang hadir, soalnya inikan workshop kepenulisan untuk dosen” dan aku pun terdiam dan tersenyum. Awkward moment banget saat ditanya seperti itu jadi tambah rendah banget diri ini wkwk, tapi banyak yang aku ambil dari workshop kepenulisan buku perkuliahan saat itu.  Selain bangga bisa berkumpul dengan dosen-dosen hebat, aku juga dapat pengetahuan tentang menulis buku PT yang dari segi sampul dan ukuran ada aturannya, formatnya dan isi yang ada di buku yang akan diterbitkan. O iya perjuangan untuk hadir di workshop itu juga penuh drama karena setelah acara itu pundak ku cidera karena angkat kardus yang isinya full buku dan besi sandaran buku yang berat dengan posisi dipaksakan ngangkat karena sambil lari ngejar bis di terminal, sungguh penuh drama haha. Tapi serunya ada pengalaman Ponorogo-Surabaya cuma sehari dengan acara di Surabaya setengah hari yang sangat produktif, karena saat itu setelah mengikuti workshop juga harus ngurus stand bazaar yang dibantu satu temen untuk jaga stand. Over all hari itu berkesan banget dan banyak pengalamannya, mungkin kalau aku nggak rajin-rajin datang ke ruangan dosen buat diskusi ngga bakalan dapet kesempatan yang berkesan dan berharga seperti itu. Jadi gitu sedikit pengalaman berkesan karena dekat dengan orang-orang hebat. Tipsnya adalah sering-sering berkumpul dengan orang-orang hebat untuk dapat pengalaman yang seru, menarik dan berharga. Ngga peduli disuruh suruh apa aja yang penting niatnya paling kecil adalah harus punya niat untuk jadi seperti dia atau lebih dari dia, terlebih niatnya bisa belajar dari segala sisi agar mendapatkan kiat-kiat sukses sembari berproses. Dulu sih belum sadar aja waktu disuruh-suruh gitu bisa datangin manfaat yang banyak buat aku, malahan ada temen yang bilang “buat apa kamu mau aja disuruh ini itu sama pak dosen” sempet mikirin pernyataannya tapi setelah ngelakuin hal-hal yang menurutku bermanfaat aku tetep mau disuruh ini dan itu meskipun juga ada yang berat banget dan bukan aku banget buat lakuin hal itu, tapi ya aku egois banget kalau pilih-pilih buat apa aja yang aku kerjain. Menurutku, lakukan apa aja selama itu bermanfaat dan baik untuk diri sendiri. Ingat! berpikirnya jangan cetek dan harus berpikir panjang suatu saat akan bermanfaat di kehidupan, keluarlah dari zona nyamanmu.

Seperti itu pendapatku kenapa pengen banget jadi ajudannya Gubernur Jabar hehe, karena  emang pengen tau mulai dari hal kecil sampai hal penting, mulai dari kebiasaan, ketertiban, prinsip, budaya, pekerjaan, aturan, pakem dan manajemen waktu dan mungkin masih banyak lagi yang dapat kita duplikat ketika kita deket dengan orang hebat. Semoga bisa diberi kesempatan untuk selalu dekat dengan orang-orang hebat saat berproses dan akan menuai hasil dengan menjadi orang hebat sesungguhnya. Dengan begitu, kelak kita juga berkesempatan besar untuk menjadi orang hebat yang tau diri atau yang peduli dengan yang dibawahnya karena pernah merasakan di berbagai posisi. Jika sudah tinggi, tetaplah menjaga hati untuk terus membumi. Salam Sukses…

Selasa, 01 Januari 2019

Balutan Luka


Lelah rasanya membohongi diri sendiri bahwa hati ini baik-baik saja, tidak ada kesedihan dan selalu bahagia. Bersikeras untuk membujuk diri bahwa semuanya baik-baik saja, Its not easy. Aku memaksa, aku berusaha sekeras mungkin agar kesedihan yang sekian lama terpendam itu hilang. Tetapi, entah mengapa luka yang semakin aku balut tak kunjung sembuh. Ia semakin berdarah dan bernanah, yang kurasakan perih dan ngilu jika luka itu kambuh. Ini salahku, salahku karena membalutnya terlalu kencang dengan alasan agar luka itu tidak terlihat oleh orang lain. Sampai terkadang aku sibuk menutupi luka ku seperti orang gila, aku tidak sadar bahwa aku terluka. Bodohnya, lukaku kusembunyikan tanpa ku hindarkan dari hal-hal yang membuat luka itu semakin kian dalam. Luka itu bagai kutawarkan pada garam yang membuatnya semakin pedih dan perih, sakitnya tak terkira. Itu kulakukan demi orang yang aku sayangi di dunia ini setelah Allah dan Rasulullah..
Tak mengapa jika harus bertalut pada luka, tetapi terkadang aku berpikir keras sampai kapan mendzolimi diri sendiri, sampai kapan aku akan terus membohongi diri sendiri, sampai kapan aku menyibukan diri sampai aku lupa dengan diri ku sendiri, dan sampai kapan aku fokus untuk menyembuhkan luka ini? Aku bagai petualang kehilangan kompasnya, tak tau arah. Ya, tak tau arah jalan pulang untuk menyembuhkan luka, bingung antara menahan ego demi kebahagiaan seseorang atau mencari cara untuk menyembuhkan luka sementara aku belum menemukan kompas untuk menunjukan arahku pulang dan menyembuhkan luka itu. Kini, yang bisa kulakukan adalah menahan ego sembari mencari kompasku. Doakan aku agar menemukan kompas yang selama ini aku cari. 18 tahun lamanya aku mencari, aku berusaha dengan berbagai cara, aku manusia biasa yang sangat biasa dengan segala keluh kesah karena lelah. Mungkin ini cara Allah agar aku selalu merengek untuk memintanya lebih sering, semakin lama semakin aku di isyaratkan untuk terus mendekat kepada Nya. Inilah cara terindah agar aku selalu mengingat Nya. Semoga aku menemukan nya dan menyembuhkan luka ku sebelum aku benar-benar pulang diluar kendaliku….