Rabu, 10 April 2019

Sebuah Titik



Kini aku sedang berada di persimpangan. Tentang semua kehidupan, entah apa yang terjadi kadang aku lewatkan. Yang urgent adalah sampai pada kelalaian yang kadang aku terlena dengan kelalaianku. Aku merasa gelisah dengan titik sekarang. Gelisah itu terus menuntunku sampai berdampak pada kesehatan entah jiwa sampai fisik. Ketenangan pun jarang aku peroleh, yang sering adalah ketenangan yang kuundang lewat “let’s take a deep breath” huh hah. Setiap kali terpikir akan suatu kekhawatiran disetiap sudut hidup yang sebenarnya aku sudah tau konsepnya, tapi aku masih bingung dan gelisah mendalam. Sungguh, kegalauan yang kalau ditimbang jomplang dengan keimanan ku yang ku akui sedang diambang batas. Kritis, miris dan makin teriris setiap harinya. Kalau aku memilih, aku ngga mau berada di titik ini. Tapi aku percaya, ini semua sudah digariskan, ini semua adalah sebuah ujian seberapa sih aku percaya dan yakin sama takdir Allah. Keikhlasan ku di uji, nafsu dunia ku di uji dan komitmen ku pun juga diuji.
Sampai pada titik persimpangan, aku harus cerita dengan seseorang yang menurutku aku percaya. Beliau bilang “berada di posisi persimpangan itu tidak menyenangkan, maka ketika Allah telah menurunkan hidayahNya, bersegeralah mengambil keputusan jalan atau arah mana yang kita pilih, tanpa NANTI dan tanpa TAPI. Jangan kau biarkan hidayahNya menguap seiring hembusan angin yang melenakan, bisikan yang menggiurkan, ajakan yang menyesatkan. Keep spirit untukmu dan kamu bisa kok mengambil keputusan itu”. Banyak nasihat dan motivasi untuk aku terus berjuang karena hakikat hidup memang seperti itu. Allah terus menguji hamba-hambanya, imannya naik atau turun juga tetap diuji. Tergantung kita sebagai hamba menyambutnya seperti apa, tinggal kita sebagai hamba harus berbuat apa, tinggal kita sebagai hamba harus memutuskan untuk tetap taat atau memilih untuk menjauh. Menjauh dan menuruti hawa nafsu adalah bukan keputusan yang tepat, taatlah yang membuat dirimu lebih baik dan kembali memulihkan iman.
Tetap semangat untuk kita semua yang dihadapakan sebuah masalah dan harus mengambil keputusan. Keputusan itu yang menentukan kita bagaimana dan akan menjadi siapa kita nanti di masa depan. Yang diutamakan dunia atau akhirat, hati-hati dalam memilih dan memutuskan. Bersegera untuk hal-hal baik itu HARUS dan kamu bisa J

Senin, 01 April 2019

Antara Fajar dan Senja


Fajar kadang tak selalu nampak pada kata-kata puitis romantis, tetapi terkadang ia nampak pada kata-kata motivasi yang identik dengan pagi karena harus bersemangat.
Berbicara soal senja, banyak pujangga cinta yang menyelipkan kata senja dalam puisi nya. 
Mari berbicara tentang fajar dan senja dengan sisi lain. Bukan untuk memilih fajar atau lebih memilih senja tetapi lebih pada memaknai akan hadirnya keduanya.



Fajar…

Secara nyata, hadirnya fajar jatuh pada pagi hari dimana petangnya malam dihapus perlahan dengan diawali datangnya waktu subuh dan diakhiri dengan terbitnya matahari. Diantara keduanya terdapat fajar yang menyingsing, menyambut pagi dengan udara yang segar karena bekas tetesan embun. Sang mentari mengawali kehidupan, orang-orang terbangun dari lelapnya tidur dan langit berubah menjadi cerah.
Secara makna, ibarat fajar diartikan sebagai semangat dalam berusaha untuk menghapus kegagalan-kegagalan dimasa yang akan datang. Ibarat petang sebagai kegagalan, fajar ibarat usaha dan langit yang  cerah ibarat masa depan yang cerah. Ketiganya membawa kepada kehidupan yang baik dari sebelumnya, menghapus yang buruk dan mendatangkan yang indah.



Senja...
Secara nyata, senja menutup langit yang cerah dengan kegelapan. Menghapus perlahan langit yang cerah berganti dengan malam. Diiringi semilir angin yang dingin pertanda malam tiba, pertanda berakhirnya sore hari. Warnanya jingga cenderung gelap, indah dimata sejuk di hati.
Secara makna, dapat saja senja dimakanai sebagai ikhlas karena kecerahan langit dihapus dengan gelapnya malam.  Ibarat kata, kita harus mengikhlaskan semua yang terlihat indah dimata kita yang belum tentu indah dimata Sang Pencipta, boleh saja yang terlihat gelap indah untuk kita. Malam adalah waktu kita untuk istirahat, banyak orang yang menginginkan waktu malam untuk beristirahat, banyak orang yang menantikan waktu malam karena untuk segera bertemu keluarga setelah lelahnya bekerja dan banyak orang menantikan waktu malam untuk bermunajat kepada Sang Pencipta. Banyak makna untuk senja sebagai penghantar di malam hari, maknai malam untuk istirahat dengan kehidupan yang memberatkan dan maknai senja sebagai penghantar untuk ikhlas di setiap proses kehidupan.

Dalam memaknai fajar dan senja seperti peng-ibaratan diatas maka kita sebagai manusia tidak untuk selalu memilih fajar atau memilih senja dalam kehidupan. Seperti langit, kita butuh keduanya. Selayaknya kehidupan, kita juga butuh keduanya. Memilih diantaranya, bukan keputusan yang tepat tetapi memilih keduanya sesuai dengan keadaan adalah keputusan yang bijak. Adakalanya kita berusaha untuk memperbaiki masa depan, karena kata Ibrahim malik (santri alumni pondok modern Gontor yang mendapat beasiswa Australia Awards Scholarship) “usahamu di masa sekarang adalah akumulasi masa yang akan datang”. Beliau sering menekankan kata-kata motivasi itu, menyemangati generasi-generasi muda untuk terus berusaha dan bersakit-sakit dahulu agar di masa yang akan datang dapat memperoleh hasilnya. Rasional, karena hasil yang besar tidak akan datang dengan serta merta, tanpa usaha keras. Tetapi, disamping itu kita juga harus pintar membaca kondisi karena tidak selamanya kita berusaha dan berusaha, ada saatnya untuk beristirahat atau bahkan berhenti dan sampai pada menghadirkan rasa keikhlasan dalam hati untuk terus melanjutkan kehidupan. Kita punya batas dalam menjalani kehidupan, tidak selamanya berjalan sesuai dengan keinginan. Kita terbatas dan Sang pencipta yang tidak mempunyai batas lah yang mempunyai kehendak dalam kehidupan kita. Usah mencampuri urusan Nya, karena kita lemah dan tidak tau apa-apa tentang masa depan kita. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha dan ikhlas di waktu yang tepat.