Rabu, 22 Januari 2020

Sedih Punya Batas


Pernah ngga berada pada titik sedih yang teramat?
Rasanya...dihati sesak hingga sulit bernafas
Pedih dihati sampai sakit seluruh tubuh

Percayalah, diposisi ini sangatlah tidak diinginkan
Pikiran buntu tak menemukan jalan
Tidur tak tenang karena pikiran-pikiran sedih menghantui
Menangis sepanjang malam berlanjut esok hari
Bahkan berhari-hari
Hidup tapi tak hidup
Apapun yang kita lakukan hampa, hilang semangat hidup
Mungkin bisa dibilang luka-luka lalu menumpuk
Menumpuk yang pada waktu itu ingin dihilangkan, tapi enggan karena batas
Batas yang mengurung diri sendiri hingga terjerat

Adakalanya seseorang mengalami kesedihan klimaks
Tapi batasi waktu untuk bersedih
Jangan lupa dengan nikmat yang diberi
Hitung mulai dari kesehatan, keluarga, sahabat hingga kesempatan hidup
Maka gunakan nikmat-nikmat itu sebaik mungkin
Menjadi manusia yang bermanfaat, misalnya

Semangat hidup hadir karena datang dari hati
Hati dengan kondisi yang pro
Pro dengan kehidupan beserta nikmat-nikmat yang diberi
Buat apa sedih berkepanjangan?
Sayang waktu dan tenaga untuk sekedar meratapi
Arahkan kepada usaha dan doa
Berusaha untuk memperbaiki masa lalu
Dan berdoa untuk kebaikan masa depan

Rabu, 01 Januari 2020

Keep or Share?


Kini mulai memahami bahwa segala luka yang ada tidak perlu ditunjukkan pada manusia. Toh, ditunjukkan juga mereka tidak tau bagaimana pedihnya dan perjuangan menyembuhkan luka. Terkadang yang hanya mereka hanya sekedar ingin tau tanpa membantu. Terkadang juga mereka yang malah membandingkan dengan luka nya yang menurutnya lebih pedih. Ya begitu, bercerita luka dengan manusia adalah sebuah kesalahan. Karena setiap manusia mempunyai tingkat kepedihan masing-masing, tingkat kerja keras berproses masing-masing, dan mempunyai pengalaman latar hidup yang berbeda tentu akan mempengaruhi pola pikir, dan latar belakang itulah yang tidak akan bisa sama. Pun sama perihal luka yang terkadang dibicarakan satu sama lain, terkadang yang ada malah membandingkan dan seolah luka mereka yang paling pedih. Tapi, memang semua manusia tidak menanggapinya seperti itu, paling baik adalah mereka memberikan sebuah nasihat dan memberikan kisah orang lain ada yang lebih kuat dan mampu melewatinya (motivasi). Menurutku tanggapan terbaik dari cerita tentang luka adalah nasihat dan motivasi, tapi ngga sedikit orang yang justru berkata"basi". Terkadang serba salah juga baik yang bercerita maupun yang menanggapi, ingat juga kalau manusia tempatnya khilaf ^^. Kalau belum siap dengan keadaan yang mendukung dan segala resiko yang mungkin terjadi ya keep aja untuk diri sendiri dan Tuhan. Bercerita dengan diri sendiri dan Tuhan memang terdengar sedikit mustahil "bisa ngga ya? aneh ngga sih? lalu apa pengaruhnya?" mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa bercerita dengan Tuhan. Bisa saja jika kita mau berkomunikasi dengan diri kita sendiri, ngomong sendiri, percaya aja bahwa Tuhan selalu ada dan memeluk kita dengan kuasaNya. Bukan kah setiap perkataan adalah doa,berarti begitupun cerita kita tentu didengar oleh Nya. Diakhir cerita jangan lupa minta jalan keluar dan perlindunga, pasti dikasih ^^.
Ya gitu, lebih baik kita menunjukkan sisi terkuat kita selagi mampu dan bisa, selagi kondisi mendukung kita untuk keep untuk diri sendiri dan Tuhan. Kalau pas kepepet dan situasi mendukung untuk cerita, ya bercerita menjadi sebuah pilihan tapi bukan jalan. Pilihan karena harus mempertimbangkan kita akan bercerita dengan siapa, jangan sampai memilih dengan asal bercerita yang penting beban hilang. Itu adalah pilihan yang nantinya bisa jadi masalah atau beban tambahan. Selagi orang yang bisa diajak cerita bisa dipercaya dari segi keep and care, maka bisa jadi untuk tempat bercerita, tapi kalau orang nya berlawanan dengan itu pasti tau apa yang harus dilakukan. Lakukan selagi nyaman dan aman, atau sesuka dan seenak jidat dengan bercerita ke manusia juga tidak masalah, karena yan bisa menilai adalah kita sendiri kapan bisa keep dan kapan bisa share.