Skill berbicara tentu tidak instan untuk dikuasai. Memerlukan proses dengan berlatih berbicara sesering mungkin dengan mengetahui dasar-dasarnya. Setiap skill tentu punya ilmu-ilmu yang mendasari agar seseorang mampu melakukannya. Belajar adalah kunci dari semua apapun yang ingin kita peroleh termasuk dalam hal berbicara yang juga perlu untuk belajar dalam menguasainya. Dalam proses belajar juga tidak akan semulus yang dibayangkan, dalam proses ini tentu akan banyak kegagalan sebelum seseorang mahir dalam berbicara. Gagal dalam sebuah usaha pasti wajar dan memang harus dilewati karena merupakan bagian dari proses agar kita mampu memahami dan mengerti setelah kita melakukannya, kita akan merasakan dan merenungkan kegagalan yang akan membawa kita dalam suatu kemahiran yang diinginkan.
Satu hal yang disampaikan penulis dalam buku ini adalah kejujuran, dalam berbicara. Bagi mereka yang kurang terbiasa berbicara di depan umum, tentu akan merasa gugup dan sulit untuk berbicara dengan lancar. Maka dari itu, salah satu kunci mengatasi kegugupan yang dirasakan adalah dengan berbicara jujur, bagaimanapun keadaannya. Karena dengan berbicara jujur, maka audience akan mengerti dan kita juga tidak menutupi sesuatu yang bersifat mengingkari tentu akan mengganggu. Ketika kita jujur, maka rasa percaya pada diri sendiri secara otomatis meningkat dan segalanya akan berlangsung dengan lancar dan juga dapat menikmatinya. Membuat kita dan audience untuk nyaman tentu terdapat formulanya juga selain jujur adalah berbicaralah soal audience agar semakin diperhatikan. Hal-hal apapun seputar mereka maka akan lebih menarik perhatian. Selain itu, agar audience semakin diperhatikan, maka kita sebagai pembicara juga memberi kesempatan audience untuk bertanya dan kita mendengarkan mereka lalu menanggapi. Begitu pula ketika bukan sebagai pembicara, kita berbicara dengan orang lain juga menggunakan hukum pertama dalam percakapan yaitu: dengarkanlah. Kedua yaitu bahasa tubuh, bahasa tubuh merupakan bagian alami dari percakapan dan komunikasi. Bahasa tubuh merupakan proyeksi seseorang dalam berbicara. Yang ketiga adalah kontak mata, ketika berbicara dengan orang lain maka harus terjadi kontak mata karena bagian dari mendengarkan dan bahasa tubuh. Kontak mata juga tidak dilakukan dengan secara terus meneruskarena akan membuat tidak nyaman lawan berbicara, lakukan sewajarnya.
Jika menjadi seorang pembicara, maka hal yang terpenting adalah kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang sekiranya audience tau atau sekedar berita dipagi hari yang mereka dengar. Hal-hal seperti ini perlu diperhatikan sebagai bentuk kenyamanan audience, dan hindari membicarakan hal-hal yang tabu maka dari itu kita harus mengetahui audience dengan kaya informasi. Menjadi seorang pembicara juga jangan hanya memberikan pendapat sendiri, tetapi mintalah pendapat-pendapat orang lain dan juga perhatikan waktu , jangan sia-siakan waktu audience atau mereka yang ada ajak bicara.
Ada 8 hal yang dimiliki oleh pembicara yang baik:
1. Memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik pandang yang tak terduga pada hal-hal yang umum atau istilahnya out of the box
2. Mempunyai cakrawala yang luas dengan memikirkan dan membicarakan isu-isu dan beragam pengalaaan di luar kehidupan mereka sehari-hari
3. Mempunyai antusias yang berarti menunjukkan minat besar pada apa yang mereka perbuat dalam kehidupan, maupun pada apa yang anda katakana pada kesempatan itu
4. Mereka yang tidak hanya membicarakan diri sendiri
5. Mempunyai sifat yang ingin tahu. Mereka akan bertanya karena ingin tahu lebih banyak mengenai apa yang anda katakan
6. Mempunyai empati dengan berusaha menempatkan diri mereka pada posisi anda untuk memahami apa yang anda katakan
7. Mempunyai selera humor dan tidak akan keberatan jka mengolok-olok diri sendiri. Karena konversasionalis terbaik sering mengisahkan pengalaman konyol mereka sendiri
8. Mempunyai gaya bicara tersendiri.