Rabu, 28 Oktober 2020

Quarter Life Crisis (Jejak Pendapat 2)

Fase kehidupan seseorang pasti melewati fase ini, yaitu fase Quarter Life Crisis (QLC). Banyak yang menilai bahwa fase ini fase yang pelik dan sukar dan sulit untuk diterima dan ditakhlukan. Tak sedikit mereka yang enggan atau bahkan menyerah pada fase ini. Memang fase ini adalah fase kehidupan yang  membuat kita untuk terus struggling.

Lalu apa sih QLC itu?

Suatu krisis yang dialami seseorang dengan rasa ragu, cemas, khawatir hingga rasa ketidakpuasan kepada diri sendiri pada usia menginjak dewasa. 

Tak banyak juga yang menyadari bahwa fase ini adalah fase yang banyak pelajarannya. Pelajaran atau hikmahnya dapat diambil dari setiap proses yang dilalui. Proses yang akan membuat kita semakin mampu untuk menghadapi masa depan atau bisa juga tahapan yang menjadi suatu titik balik kehidupan. Titik balik untuk lebih baik dari masa sebelumnya, tapi ada juga yang menjadikan sebuah hal menakutkan dan mencoba menghindar untuk menyelesaikan prosesnya. Padahal sangat disayangkan jika terus menghindar, kita tidak akan pernah tau tantangan yang sebenarnya. Tantangan itu dapat kita ketahui kalau merasakannya secara langsung dan kita terlibat didalamnya. Sensasi kalah, merasa rendah, bodoh, tidak tau apa-apa adalah sensasi yang membuat kita akan lebih semangat dalam belajar kehidupan. 

Kehidupan memang untuk dijalani, tidak sekedar dipikirkan saja. Sensasi yang mendebarkan atau menakutkan pada fase QLC memang lumayan membuat ketar-ketir. Itu wajar, kita juga punya kadar masing-masing dalam kemampuan tahan atau tidak tahan. Tapi yang namanya proses ketika sudah dijalani siap ngga siap juga akan siap, mampu ngga mampu nantinya juga akan mampu. Meskipun jalannya terseok-seok atau bahkan sampai jatuh pun akan membuat kita semakin kuat dalam menjalaninya. Tapi, ingat juga bahwa dalam menjalani proses tentu butuh waktu untuk istirahat. Jangan sepelekan waktu untuk istirahat, agar tetap semangat dan terus bisa menjalani prosesnya.

Kemampuan yang kita miliki, kita sendiri yang mengetahuinya. Maka kita juga yang tau kapan lelah, kapan semangat membara, dan kapan waktunya istirahat semua butuh manajemen waktu untuk tetap selaras antara lelah dan semangat dalam menjalani proses. Manajemen waktu akan sangat perlu dalam menjalani setiap proses agar terus berprogres. 




Jumat, 23 Oktober 2020

Diantara Bertemu dan Berpisah

 


Datang dan pergi adalah perihal pertemuan perpisahan yang tak kunjung ada habisnya

Perpisahan seringkali dianggap tidak menyenangkan

Dan pertemuan dianggap asing atau saling mengakrabkan

Keduanya tergantung bagaimana kita menyikapi

Kondisi yang membuat nyaman akan terasa sedih jika sampai pada perpisahan

Dan bisa saja hal yang menyesakkan terasa lega jika bertemu dengan kata perpisahan

Jadi seringkali bertemu dengan rasa sedih atau rasa lega ketika berpisah?

Lain halnya dengan pertemuan

Bisa saja bertemu menjadi menyenangkan dan menjadi rasa syukur

Atau bertemu menjadi sesal karena tidak diinginkan

Lalu seringkali merasa syukur atau menyesal jika bertemu?

Ya semua tergantung dengan siapa dan bagaimana, yakan?

Semua yang kita rasakan akan menjadi sebab mengapa ada pertemuan dan perpisahan

Rasa yang seringkali menjadi bayangan menghantui ketika kita terlalu berharap

Ya, harapan itu kadang kala menjadikan rasa terlalu mendominasi

Anggapan dan harapan tentang perpisahan dan pertemuan memang sulit untuk sejalan bagi semua orang

Yang terpenting kita mempunyai alasan untuk itu, agar kita tak hanya sekedar menganggap dan mengharap

 

 

Rabu, 07 Oktober 2020

Buku "ADAM (Antara Dia Aku dan Mereka)" Bagian 4: Strategi Kehidupan

 



 

“Dan kau tau, tak perlu pintar untuk menang dalam hidup. Kau hanya perlu untuk tidak bodoh”

Pada dasarnya kehidupan menuntut kita untuk memahami dan mengerti akan suatu keadaan. Baik yang terjadi dalam hidup kita maupun orang lain. Untuk tetap bisa survive sebagai manusia kita tidak perlu untuk pintar dalam memahami dan mengerti segala hal, hanya saja kita cukup untuk tau. Tau bagaimana bersikap dan tau bagaimana mengambil keputusan.

Pintar memang bukan jaminan untuk kehidupan yang lebih baik, pintar yang dimiliki manusia memang terbatas. Sebatas hanya beberapa bidang saja. Perlu disadari bahwa setiap orang memang memiliki keistemewaan masing-masing. Tak perlu dibandingkan dan tak perlu diadu perihal masalah itu.

Pintar kini bukan lagi masalah yang seberapa, hanya saja yang perlu diingat semakin seseorang memahami sesuatu maka seseorang tersebut merasa semakin banyak lagi yang tak diketahui dan semakin luas seseorang berkelana maka seseorang tersebut merasa bahwa makin luas lagi bagian bumi yang tidak diketahui. Mengapa bisa begitu? Karena yang benar memahami bukan lagi merasa pintar tapi justru merasa bodoh bahwa selama ini apa yang diketahui hanya sebagian kecil dan yang dijelajahi selama ini juga hanya sebagian kecil dari belahan bumi yang ada.

 Perihal manusia tentu kita seringkali membandingkan, padahal kita sama-sama manusia yang mempunyai keistimewaan masing-masing berdasarkan pengalaman hidup yang dialami. Kita menyadari bahwa setiap insan yang ada, pasti merasakan hal semu seperti adanya perjumpan yang berakhir pada perpisahan dan kebersamaah yang berakhir pada perseteruan. Dan semua itu berakhir ketika kita sedang merasakan rindu.