Sabtu, 11 Mei 2019

Review Buku: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat (Mark Manson)



Sebuah buku motivasi yang unik, dari judulnya sudah mampu membuat orang mengernyitkan dahi. Dengan tampilan cover oranye dengan tulisan judul bewarna hitam sehingga nampak sangat jelas dengan isi buku 246 halaman. Mark Manson adalah seorang blogger asal New York dengan 2 juta pembaca, ini adalah buku pertama kali yang sukses karena diklaim “buku terlaris” oleh New York Times dan Global and Mail.

Pertama kali baca, agak kurang srek di hati karena emang agak kurang dapet feel kalau baca buku terjemahan. Tapi setelah berusaha untuk membaca lagi, sangat menarik. Menarik karena dalam buku ini, memandang kehidupan dengan sudut pandang yang berbeda dengan pandangan hidup yang kebanyakan orang yakini. Buku ini mampu mengulas permasalahan hidup yang sebenarnya terjadi dan bagaimana manusia seharusnya menghadapi.

Di bagian awal menceritakan seseorang yang hidupnya berantakan dan penuh masalah, tetapi pada akhirnya sukses karena dia menjadi seseorang yang mau mengakui keburukan-keburukan yang dilakukan dan konsisten terhadap mimpinya. Bab-bab selanjutnya banyak cerita yang mewakili kiat-kiat untuk menghadapi hidup yang sesungguhnya. Cerita-cerita tersebut mendukung ilustrasi akan pesan yang disampaikan penulis ke pembaca.

Terdapat 3 seni untuk bersikap bodo amat dalam kehidupan, yaitu #seni 1: Masa bodoh berarti bukan menjadi acuh tak acuh, masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda. Bersikap masa bodoh terhadap kesengsaraan yang menghalangi tujuan, tidak ambil pusing dengan orang-orang yang geram saat melakukan sesuatu yang dirasa benar/penting/mulia. Intinya menemukan hal sulit yang bisa dihadapi dan dinikmati. #seni2: Untuk bisa mengatakan “bodo amat” pada kesulitan, pertama-tama harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan. Maksudnya, menemukan sesuatu yang penting dan bermakna dalam kehidupan, mungkin menjadi cara yang paling produktif untuk memanfaatkan waktu dan tenaga. Karena jika tidak menemukan sesuatu yang penuh arti, perhatian akan tercurah untuk hal-hal yang tanpa makna dan sembrono. #seni 3: Entah disadari atau tidak, selalu memilih suatu untuk diperhatikan. Maksudnya,  kedewasaan muncul ketika seseorang belajar untuk peduli hanya pada sesuatu yang sangat berharga. Seiring bertambahnya usia, identitas mulai menguat, tahu siapa diri kita dan menerima sepenuh hati, termasuk bagian-bagian yang sama sekali tidak membanggakan dan membuat merasa merdeka, hidup apa adanya. Jadi, kita bisa menyisihkan perhatian kita yang semakin berkurang untuk hal-hal yang benar-benar layak dalam kehidupan. Penyederhanaan ini sesungguhnya membuat kita senantiasa merasa sangat bahagia.

Buku ini akan mengubah rasa sakit menjadi hal yang bermanfaat untuk kehidupan, trauma menjadi kekuatan dan masalah menjadi masalah yang baik. Bagaimana cara berlapang dada dan membiarkan sesuatu pergi. Ini akan mengajarkan kita untuk membuat mengerti arti kehidupan dan menyortir hal-hal yang penting saja. Dan berhenti menyakiti orang lain yang nantinya akan menyakiti diri sendiri.

Buku ini juga mengajarkan pada suatu prinsip “lakukan sesuatu”, kegagalan terasa tidak penting ketika standar kesuksesan hanya “melakukan sesuatu”. Ketika setiap hasil dianggap sebagai sebuah kemajuan dan penting, inspirasi dilihat sebagai sebuah imbalan ketimbang suatu prasyarat, kita mendorong diri kita lebih maju. Kita merasa bebas untuk gagal, dan kegagalan itulah yang menggertakan kita ke depan.

Katanya (mark manson), kita perlu menolak sesuatu. Jika tidak, kita kehilangan alasan untuk bertahan. Jika tidak ada sesuatu yang lebih baik atau lebih diinginkan dari pada yang lain, kita akan merasa hampa dan hidup kita menjadi tanpa makna. Kita hidup tanpa nilai dan akibatnya kita menghidupi kehidupan tanpa tujuan. Dalam hidup ini ada tiga hal yang sering kita hindari yaitu, karena sulit, karena menakutkan dan karena sama sekali tidak tau apa yang harus dilakukan. Dan ketika kita menghindar dari hal itu, kita membiarkan nilai-nilai sepele dan penuh kebencian membajak otak kita dan mengambil alih hasrat dan ambisi kita. Kuncinya adalah memahami dan melihat diri sebagai sesuatu yang lebih besar dan pada diri kita sendiri.

Kehidupan sekarang yang terjadi di masyarakat adalah sebagian mereka yang berhak atas sesuatu tanpa mau berkorban. Budaya kita sekarang merancukan antara perhatian yang besar, mengira kalau keduanya hal yang sama padahal tidak. Mark manson berpesan kepada pembaca untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mengambil tanggung jawab atas pilihan-pilihan dan untuk mengejar mimpi tanpa perlu merasa malu dan terkekang.

Dari buku ini banyak manfaat yang bisa diambil, salah satu nya adalah bersikap acuh terhadap pandangan orang lain di hidup kita. Seringkali, kita mudah goyah saat mendengar perkataan orang lain kepada kita, bukannya introspeksi malah baper atau bahkan stres dengan sendirinya. Jika perkataan itu memang sejalan dengan apa yang terjadi maka hadapi itu, tetapi jika tidak maka acuh kan dan buang perkataan mereka. Hadapi yang dimaksud disini adalah jika perkataan mereka memang suatu kenyataan dan terjadi pada diri kita maka perkataan itu dapat menjadi cerminan diri sehingga kita juga harus mau mengakui dan memperbaikinya jika itu suatu hal yang buruk bagi diri kita atau untuk orang lain, bukan malah menghindari dan enggan memperbaiki. Tetapi, dalam buku ini tidak menyarankan kita untuk berusaha keras seperti keluar dari zona nyaman kita dan menggapai mimpi yang setinggi mungkin. Kita disarankan untuk lebih fokus dalam menerima dan menghadapi tantangan-tantangan kehidupan. Semangat untuk kita yang sedang memperbaiki diri dan semoga Allah memudahkan jalan kita dalam berproses.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar