sosok yang membuat kita tidak lagi sendiri
sosok yang membuat kita ngobrol atau bertukar pikiran
sosok yang punya tujuan sama
atau mungkin
sosok yang membuat kita gundah
sosok yang membuat kita ngga percaya diri
sosok yang membuat kita ngerasa berhenti mengejar tujuan
Dua deskripsi yang berbeda
Perihal sosok yang seperti apasih teman itu?
Sosok yang bisa kita pilih
Bisa tergantung karena situasi atau kondisi
yang tidak dapat dihindarkan
Atau kita yang menghendaki dengan sengaja untuk menjalin pertemanan
Semua tergantung pada kita
Ada yang memilih untuk pasrah dengan keadaan dengan pertemanan apapun kondisinya
dan ada pula yang memilih untuk cermat perihal pertemanan
Ada yang bilang "berteman itu dengan siapa aja"
Tetapi semakin memahami makna pertemanan, ternyata tidak se-sepele itu
kata "berteman dengan siapa aja" itu sah-sah saja
Tapi bukan lantas tanpa batas dengan mengikuti arus pertemanan yang kita terbawa
sampai pada tengah lautan lalu kita lupa bawa pelampung dan ngga bisa berenang,
itu namanya terjerumus.
Baik, itu sisi kelam dari circle pertemanan dengan sosok yang emang "ngga" buat kamu
Pertemanan emang ngga bisa dianggap sepele
Secara tidak langsung solidaritas yang ada dalam pertemanan kadang atau malah seringkali buat kita lupa, lupa daratan bahkan lautan sampai bisa tenggelam.
Setuju sih sama kata-kata "teman itu cerminan diri kita"
Kalo kita udah kecantol yang namanya solidaritas pertemanan, maka semua apa kata teman itu sangat kita perhatikan. Termasuk kata-kata yang buat kita jatuh ataupun yang membuat kita semangat. Nah, itu balik lagi sama temen kita yang buat kita jatuh atau semangat, kita yang bisa pilih untuk hal itu. Sosok teman ngga bisa kita sesuka hati merubahnya. Tapi, kita bisa untuk memilih dengan siapa kita berteman. Berteman sah-sah saja dengan siapapun asalkan ada batas, siapa yang bisa kita percaya dengan kata "solidaritas" mana yang hanya sekedar teman tanpa arti "solidaritas". Tapi kata solidaritas juga dapat disalahgunakan dengan hal-hal yang dirasa kurang benar yaitu dengan mempertaruhkan solidaritas untuk ajakan yang buruk. Misalnya dengan menuruti keinginan teman yang mengajak kita untuk merokok, padahal kita sendiri ngga suka hal itu dan bukan kebiasaan diri kita. Akhirnya banyak orang yang menuruti karena untuk nafsu solidaritas yang disalahgunakan. Apasih gunanya berteman kalau tidak saling menerima? Apasih gunanya berteman jika melunturkan jati diri yang sebenarnya?
Sekarang, berbicara tentang frekuensi, teman sefrekuensi atau tidak sefrekuensi itu membuat kita harus memilih. Ada yang bisa berteman lama dengan yang tidak se frekuensi tapi harus siap mental karena sering berbeda arah kalau ngga ya kita yang bakalan yang ngikutin arus atau dia yang bakal ngikutin arus kita (tapi bakal ada tantangan disini), itu semua tergantung pada pembawaan diri dan pakem yang kita jaga atau kita lepas. Dan untuk teman se frekuensi itu merupakan rezeki dan sebuah kenyamanan bahkan sebuah energi yang mampu membuat kita lebih tau siapa diri kita, tentu saja lebih percaya diri.
So, mau beteman dengan siapa kita yang tentuin. Boleh saja berteman dengan yang beda frekuensi tapi tau konsekuensi harus kuat mental ketika berseberangan atau mau berteman dengan satu frekuensi karena tanpa konsekuensi.