Selasa, 21 Agustus 2018

Penyesalan Untuk Memperbaiki Keadaan: Pesantren

Kata-kata ini sih yang lebih mendatangkan penyesalan lebih dalam dari sebelumnya

      Jadi setelah aku baca pengalaman-pengalaman nyantri atau mondok  atau mencari ilmu agama dan dunia di pesantren, rasa penyesalan di dalam lubuk hatiku yang paling dalam terdapat penyesalan yang nyesel nya itu nyesel banget. Sebenernya udah nyesel sejak 2015 an seusai aku pesantren kilat selama satu minggu, emang kilat banget sih tappi aku merasakan hal yang berbeda sementara itu baru dasar-dasar dalam mempelajari sholat yang benar dan sesuai hadits Rasulullah. Aku merasa kok aku sangat minim dalam pengetahuan agama, apakah pengetahuanku hanya segini dan selama ini pelajaran agama di sekolah umum kurang dan kurang masuk ke hati gitu atau kurang paham sih akunya. Aku merasakan luar biasa setelah tau bagaimana sholat yang bener, wudhu yang bener, bacaan sholat yang sesuai tuntunan dan sholat-sholat sunah yang dianjurkan. Setelah aku tau dan mengamalkannya, aku lebih merasakan hal yang sebelumnya belum pernah aku rasakan, yaitu tentram setelah sholat dan bisa merasakan ketenangan setelah membaca Al-Qur’an. Aku lebih memaknai bahwa ibadah itu perihal hati, hatimu terpaut atau tidak, hatimu bersih atau tidak, hatimu sehat atau tidak dan sebagainya. Ketika aku memahami syariat dan mengamalkannya, otomatis aku pun juga melibatkan hati dalam melakukannya. Semua berasa indah, nyaman, ikhlas dan pasrah ketika beribadah. Semua memang ada ilmunya, dan manusia harus mencari itu untuk mendapatkan kenyamanan dan ketentraman dalam beribadah. Jika sudah seperti ini, sesulit apapun keadannya mudah dilalui, tetapi memang harus tertib dan terus mencari ilmunya.
      Dan aku yang basic nya sekolah umum, tentu dirasa sulit (menurutku) untuk mencari dan fokus ke ilmu agama, begitupun teman dan lingkungannya. Tetapi, aku tetap bersyukur selalu bertemu dengan orang-orang yang menginspirasiku untuk tetap bisa belajar agama. Menurutku ini sebuah tantangan sih, bagaimana kita tetap bisa belajar agama sedangkan kita berada di lingkungan yang kurang pemahamannya terhadap agama. Ini pun juga ujian bagiku untuk menahan godaan yang dilarang agama dan mengklarifikasi pemahaman-pemahaman tentang syariah yang ada di Islam sesuai dengan pemahamanku, nah dalam hal ini aku juga mempunyai keterbatasan dalam menyampaikan kepada orang-orang yang berada di sekitarku atau yang lebih intens adalah teman, karena mereka juga secara langsung atau tidak langsung membawa dampak baik atau buruk bagiku sekaligus melaksanakan perintah Allah sih "sampaikan walau hanya satu ayat", tetapi aku sebisa mungkin terus memperbaiki dengan belajar dan mencari sumber yang sesuai Alquran dan hadits. Untuk membuat mereka paham aku tidak langsung mengelak pemahaman mereka, ya sedikit-dikit untuk menjelaskan dengan bahasa yang tidak menggurui dan dapat dipahami. Tetapi, disamping itu aku juga belajar lebih dari pengalaman-pengalaman yang terjadi. Lebih memaknai pengalaman dan cerita orang lain sih dari pada pengalaman sendiri, karena sulit untuk menilai diri sendiri yang seringkali dikalahkan dengan besarnya ego. Pengalaman dan cerita orang lain itu lebih variatif dan aku harus bisa mengambil hikmahnya tanpa merasakan kepahitan yang dialami orang tersebut. Nah disini aku selalu melibatkan tuntunan Al Qur’an dan hadits dalam mengambil hikmah dan mencari solusi. Disini akumerasakan banget Al-Qur’an dan hadits itu peranannya sangat besar dalam kehidupan kita sebagai manusia, benar-benar the key to real life. Tetapi, dalam hal ini aku selalu bertukar pikiran dengan teman yang paham tentang agama, tidak serta merta aku menyimpulkan sendiri, kadang juga tanpa sengaja ada video dakwah yang bersangkutan dan jadi tambah paham. Aku pengen banget punya guru dalam pemahamanku tentang Al-Qur’an dan hadits, soalnya kalau seperti ini terus aku sulit untuk selalu istiqomah dalam mencari ilmu agama. Kadang malah fokus ke dunia terlalu banyak sampai terkadang lupa akan menemukan solusi dalam kehidupan yang sebenarnya ada di dalam Al-Qur’an dan hadits. Disinilah letak penyesalanku dulu waktu SMP-SMA nggak pernah belajar di pesantren. Aku lebih mementingkan dunia karena tidak tahu ilmu agama yang melibatkan jiwa dan hati sehingga pahaman makna kehidupan sesungguhnya. Tetapi tetap bersyukur karena diberi kesadaran bahwa ilmu agama itu important for life dan jangan terlalu fokus sama dunia. Semoga kelak bisa merasakan kehidupan pesantren yang katanya menyenangkan..aamiin J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar